|
Let the rain fall
It comforts me
The sky shows my emotion
I will stay here,
till the day my sunshine returns
Kamis, 30 Januari 2014 |
5 Kualitas Pensil "Motivator Dari Sang Nenek" |
Seorang nenek yg sedang menulis surat menasihati cucunya. “Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika km besar nanti.”
“Pensil ini mempunyai 5 kualitas yg bisa membuatmu selalu tenang dlm
menjalani hidup, kalau km selalu memegang prinsip-prinsip itu di dlm
hidup ini.” Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil : “Kualitas pertama,
Pensil mengingatkan km kalau km bisa berbuat hal yg hebat dalam hidup
ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, km jangan pernah lupa kalau
ada tangan yang selalu membimbing langkahmu dlm hidup ini. Kita
menyebutnya tangan Tuhan, Dia akan selalu membimbing kita menurut
kehendakNya.” “Kualitas kedua, Dalam proses menulis, nenek
kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan utk
menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil
menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan
mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan km, dalam hidup ini
kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah
yg akan membuatmu menjadi orang yg lebih baik.” “Kualitas ketiga,
Pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus,
untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki
kesalahan kita dlm hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu
kita untuk tetap berada pada jalan yang benar.” “Kualitas keempat,
Bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya,
melainkan arang yang ada di dlm sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah
menyadari hal-hal di dalam dirimu. Instropeksi diri & jgn
menyalahkan org lain terlebih dahulu.” “Kualitas kelima,
Sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan. Spt juga km, km harus
sadar kalau apapun yg km perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan
kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua
tindakan agar tdk menyakiti org lain.
|
posted by Unknown @ 23.02 |
|
|
Selasa, 21 Januari 2014 |
Hilang Akal |
Malam ini seperti malam sebelumnya....
Teringat kebersamaan kita.
Ingat hari dimana kau selalu ada, menemani langkahku, mendampingi
hidupku, mengisi hatiku, seperti dulu. Masih dengan setumpuk rindu yang
kutahu takkan pernah berubah untukmu.
Andai saja kita saling
terbuka. Andai kita mau jujur dengan hati kita. Mungkin kita tak akan
seperti ini. Andai saja sedikit kau melihat hatiku. Tak mungkin
kubiarkan diriku menjauh. Pergi mengusung piluku sendiri. apapun
yang terjadi... Aku tau, .... saat ini masih terngiang bisik isak
tangismu, erat hangat pelukan saat terakhir dan akan mengingatkanku
bahwa kau akan selalu ada. Aku rindu semuanya Aku hilang akal ...
Kalau
saja perasaan lebih kuat dari pada keegoisan. Hingga tak perlu ada
‘benang’ yang melilit sekujur tubuhku. Membuatku sesak. Membuatku galau
berkepanjangan dan tak bisa kuelakkan. Dan mengapa baru kusadari, kalau
jauh darimu seperti ada sesuatu yang hilang? Ada yang tertinggal dan ada
sesuatu yang kurang.
Dan itu tak mungkin kuingkari. Tulus dari
dasar hatiku. Kau tau... Ingin sekali aku bisa jujur padamu. Mengatakan
apa yang kurasakan. Tapi seolah tak mungkin dan tak akan pernah, dilema
hati tak pernah dapat jawaban. Tak bisa mengurai benang kusut yang
kulakukan. Menjauh darimu. Mati matian tak peduli padamu. Acuh dan tak
memperhatikanmu lagi. Berusaha sekuat tenaga tak melihatmu. Itu semua
menyakitkan . Membuatku sedih. Tapi aku bisa apa? Tak ada lagi yang
dapat kulakukan. Bahkan kubiarkan kau mengira, bahwa memang itulah yang
kuinginkan. Membiarkan kau berpikir bahwa aku membencimu.
bodoh.... Kubiarkan kau menduganya. Sedikitpun tak berusaha kusangkal. Maafkan aku... Andai masih bisa kukatakan kepadamu
Dan sekarang... Kalau
suatu hari nanti kau bisa melihat segala yang sengaja aku lakukan.
Mungkin kita sudah terlambat, ... Meski kutunggu kau yang merubahnya.
Aku tak pernah ingin berharap lagi. Semuanya ingin kulupakan. Berusaha
kukubur dalam dalam. Bukan ingin berlalu, tak mengingatmu sama
sekali.tapi Cuma ini jalan terbaik. Untukku. Untukmu. Untuk kita.
Segalanya kini sudah kupasrahkan. Sudah kurelakan, meski rasa sakit tak
bisa kutepis. Bagaimanapun tak pernah kuinginkan kalau akhirnya seperti
ini. Kau adalah bagian terindah dalam hidupku. Orang yang kucintai
sepenuh hati. Yang pernah kuijinkan mengetuk pintu hatiku. Memasuki
seluruh cinta yang selalu kusimpan rapat untuk sosok dalam mimpiku.
Semuanya akan kukenang, Hari hari termanis yang kau beri sepanjang kita
bersama. Moment terindah yang kau hadirkan untukku. Terima kasih...
Untuk segalanya. Mungkin itu yang belum sempat kuucapkan. Karena
membuatku bahagia meski sesaat.
Suatu hari nanti jika aku kembali. Berdiri
didepanmu dengan sosok yang berbeda. Mungkin tak sesuai yang kau
harapkan. Tapi aku ingin kau mengerti, inilah aku! Seperti inilah aku!
Apa adanya. Aku ingin menjadi diriku sendiri. Tanpa pernah lagi harus
memikirkan banyak perasaan yang mesti kujaga. Ingin berdiri tegar
meskipun tanpamu. Ingin memperbaiki segalanya. Bagaimanapun aku tak
ingin membuatmu malu, karena pernah menyayangiku. Dan dari semuanya, tak
bisa kupungkiri bahwa ini semua karenamu, Kau memberi arti. Terlalu
berharga untukku.
Hanya satu yang tak akan pernah berubah, ....
Aku sayang kamu. Selamanya. Tak akan pernah meninggalkanmu. Melupakanmu.
Seperti juga saat terakhir kita bersama, masih selalu berharap,
kebahagiaan mendampingi langkahmu. Mewarnai hidupmu. Meski bukan aku
lagi yang melakukannya. Aku ingin selalu melihat binar dimatamu. Ingin
melihatmu selalu tersenyum dan tertawa bahagia. Ingin mimpimu terwujud.
Impian impian indah yang pernah kudengar. Aku ingin sekali bisa membuat
harapanmu terkabul. Cuma itu yang tersisa kini, ... Melihatmu bahagia... mendengarmu bahagia... berdoa agar kau bahagia.
|
posted by Unknown @ 23.35 |
|
|
Sabtu, 11 Januari 2014 |
Bahagia itu ada meski dengan atau tanpa Kita |
Di balik suatu temu ada rahasia semesta dalam andil menyatukan kita.
Tapi untuk menjadi satu, ada dua yang harus melebur dari kekerasan hati
yang masih belum mau membaur. Di situlah kita terbentur dengan kemauan
kita yang masih simpang siur melewati batas suatu jalur. Tak ada garis yang bisa mendamaikan inginku dan inginmu.
Entah siapa yang terlalu meninggi dengan ego tanpa memikirkan nasib
hati. Dan entah siapa korban di balik berakhirnya cerita ini? Di satu
sisi, ada aku dan ketetapanku. Ingin jadikan kita yang tak hanya cerita
biasa, namun cerita sepanjang masa. Di sisi lain, ada kamu, juga dengan
ketetapanmu. Membiarkan dirimu ikuti alur, sebuah arus rasa yang tak menentu ke mana hendak menuju.
Mulanya, kita sejalan, kita tahu ke mana langkah kaki mengarah. Beberapa persimpangan dilewati, beberapa keputusan besar diambil; tak jarang mengorbankan ego hati.
Dan kini, sampailah kita pada titik ini. Persimpangan yang lain, tanda
tanya besar yang lain. Seperti sudah lelah mengalah, kita tak mampu
bersepakat untuk memilih arah. Kita seperti harus memilih jalan tengah;
berpisah.
Kemudian kita menyatukan beragam pikiran dari berbagai bagian.
Menyuarakan apa yang selama ini sudah menjadi pilihan. Ada beberapa hal
yang sudah mengalami perubahan, dan kita tak lagi sedang membawa
kecocokan yang pernah dibanggakan.
Kesamaan-kesamaan yang pernah ada ternyata tak bisa untuk saling
beriringan bersama. Ada yang berbeda dari kita, lalu entah siapa yang
sudah menyadarinya sejak lama. Sebenarnya aku ingin, terlepas dari
semua mimpi yang tak lagi sama, aku mau melewatinya lagi, menyatukan
perca mimpi agar jadi seutuhnya ‘kita’ lagi. Tapi tidak pernah kau ‘iya’kan.
Bahkan menyuarakan asa saja tidak kau izinkan. Sebenarnya kau pikir
kau ini siapa? Berani menggenggam, lalu semudah itu melepaskan, hilang
entah jadi angin atau udara. Bukannya kamu yang dulu berkata “jangan
lepaskan genggaman”? Bukannya kamu yang melahirkan angan-angan dan
menghidupkan setiap harap yang berterbangan? Tapi mengapa kamu sendiri yang menjatuhkannya jadi kepingan-kepingan kekecewaan yang berserakan?
Keputusan ini nyaris berbentuk keputusasaan. Apakah ‘sendiri’
merupakan takdir yang harus kita nikmati? Kukira kamu menganggapku cukup
berarti, maka kupertahankan ikatan kita setengah mati. Ternyata, sebuah janji untuk melewati segalanya bersama, bagimu hanyalah sekadar kata.
Sementara aku terlanjur mengukir angan kita satu per satu, dari
ucapanmu kala itu. Cinta kita baik-baik saja, katamu sembari menggenggam
kepalan tanganku. Namun jurang yang kini menghampiri kita, meninggalkan bibirmu bisu seketika.
Kemudian masing-masing kita harus meninggalkan impian-impian yang sempat terpahat, dengan langkah yang kurasa semakin berat. Pada
genggaman tanganmu, aku pernah memercayakan masa depanku. Yang kini
harus segera kutata kembali supaya sebisa mungkin serupa baru.
Ada titik yang semestinya kutinggalkan, sementara aku masih diharuskan untuk menanggung kecewanya sebuah perasaan. Meski
tidak sepenuhnya bisa melupakan, seperti kamu yang tidak semudah itu
menyamakan kembali tujuan agar sama seperti pada permulaan.
Aku sedikit penasaran, apa masih ada kita yang kau imbuhi
harapan? Jika tidak, ini adalah terakhir kalinya aku menyapamu lewat
kata-kata. Bukan, bukan putus asa atau enggan menjejakkan kaki pada penantian, tapi kupikir berjuang sendiri pun tak ada guna.
Kamu harus tau satu hal, banyak rencana-rencana yang tanpa sadar telah
kuangankan denganmu sebelumnya, tapi itu hancur beberapa waktu lalu.
Kalau dengan melepaskanmu adalah pembuktian, silahkan, lihat dari
kejauhan. Aku tidak akan memaksa hati untuk berjuang sendiri
mempertahankan kita yang tak ingin dipertahankan lagi.
Pada akhirnya, kitalah penulis yang menamati baris-baris perjalanan ini dengan pemberhentian.
Tiada lagi pena yang berlanjut mengeluarkan tinta cerita. Tiada lagi
lembar kosong yang menagih waktu kita untuk mendiskusikan skenario
cinta. Tiada lagi mata semesta sebagai pembaca yang akan menyaksikan
kisah kita. Karena mengakhiri di sini bukan berarti alarm bagi hati
untuk berhenti memproduksi berlaksa rasa pada sesiapa lagi.
Nanti ada masanya dimana kita lelah mencari dan Tuhan mendatangkan
objek pengisi hati lagi. Lalu sedialah masing-masing hati untuk bahagia
kembali. Mungkin dengan cara ini, kita diberi jeda berlatih diri dan
menghentikan letih hati sambil mendewasakan perasaan. Hingga tibalah
bahagia yang akan kita jaga saat berperang melawan kecewa. Selamat pergi, kamu. Selamat menyembuhkan hati, aku. Percayalah, bahagia itu ada meski dengan atau tanpa kita.
Mungkin yang kini kita butuhkan adalah jarak, juga waktu. Jarak agar
kita tak saling bertemu. Dan waktu agar kita mampu sembuhkan luka
terlebih dahulu. Mencari pengganti hanyalah rencana hati. Sebab dalam dada ini, tetap hanya ada kamu terpatri, sulit kuganti.
Dan setelah ini, meski aku yakin sulit bagiku untuk benar-benar
pergi, namun tak mungkin untuk kembali lagi. Kamu pernah menjadi tujuan
akhir yang ternyata harus diakhiri. Kamu pernah menjadi penghapus luka yang akhirnya mencipta duka.
Kuberdoa pada semesta, agar ini hanya jalan dariNya menuju bahagia;
bukan hanya sebuah rencana yang tak berakhir dengan semestinya.
Selepas habis tangis ini, Tuhan, mohon ajarkan aku memberi cinta dengan bijaksana. Baik-baiklah
di sana, kalau takdir kita tidak berakhir di garis yang sama, pastikan
kenangan telah kau abadikan dalam cawan ketidakabadian.
|
posted by Unknown @ 10.39 |
|
|
Senin, 06 Januari 2014 |
Di Ujung Jalan Sana |
Ketika kata itu terucap
Menyuruhmu tuk pergi..
Kamu tau berapa lama aku berpikir dan terus berpikir
Selalu saja hati menolak tuk mngatakannya
Tp ego dan cita ku menentang
Masih bnyk hal yg belum aku capai
Masih begitu banyak kekuranganku tuk bersamamu
Begitu bnyak pola dlm otakku , menekan dan bekerja tuk memantaskan diri
Hingga saat yg indah kan tiba..
Kamu tau apa yg aku pikirkan?
Aku membiarkanmu pergi, tak berarti aku tak lagi menyayangimu
Bukan' bukan itu
Pahamilah, hati ku bgitu menyayangimu
Tpi logikaku... ingin meraih sesuatu, memantaskan diri, menjadi yg terbaik yg aku bisa...
Yaa..berusaha menjadi lebih baik sebelum aku menghabiskan sluruh wktu ku bersamamu.. :)
Dan ternyta apa yg aku takutkan menjadi nyata...
Tak satu paham,
Kamu pergi, memilih bersamanya..
Jika itu bahagiamu, aku pun turut bahagia
Tak berhak atas apapun tntngmu
"Rasa ini", biarlah hanya DIA dan aku yg tau
Ikhlas atas apapun takdir-NYA
Hidup akan ttp berjalan, Menyambut entah apa diujung jalan sana . .
|
posted by Unknown @ 20.10 |
|
|
DaRk sKy | Blogger Templates by Gecko & Fly.
No part of the content or the blog may be reproduced without permission.
Learn how to Make Money Online at GeckoandFly
First Aid and Health Information at Medical Health
|
|
|
|